KESURUPAN DAN CARA MENGATASINYA DENGAN MUDAH

Pengertian

Kesurupan adalah kondisi ketika seseorang kehilangan kesadaran dan bertindak di luar kendali, seolah-olah dikuasai oleh makhluk gaib. Fenomena ini sering dikaitkan dengan aspek ghaib atau supranatural dalam berbagai budaya dan kepercayaan, tetapi juga dapat dijelaskan dari sudut akidah Islam.

Di antara bukti keimanan seseorang adalah meyakini berita perkara-perkara ghaib yang diwahyukan Allâh k kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , baik yang terdapat dalam al-Qur’an maupun Hadits yang shahih. Itu merupakan sifat-sifat orang beriman yang Allâh Azza wa Jalla sebutkan dalam firman-Nya:

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ ﴿٢﴾ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ

Kitab (al-Qur`ân) itu tiada keraguan dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang beriman dengan yang gaib. [al-Baqarah/2:2-3].

Dalam hadits riwayat Ummul Mukminiin ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
.
إِنَّمَا هُوَ جِبْرِيلُ لَمْ أَرَهُ عَلَى صُورَتِهِ الَّتِى خُلِقَ عَلَيْهَا غَيْرَ هَاتَيْنِ الْمَرَّتَيْنِ

Sesungguhnya dia adalah Jibril aku tidak melihatnya dalam bentuk aslinya selain hanya dua kali saja [HR. Bukhari Muslim].

Demikian pula sebagian Sahabat pernah melihat jin dalam bentuk yang asli, sebagaimana diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu, bahwa ia pernah melihat jin dalam bentuk yang aslinya.

عَنْ أُبَيٍّ بْنِ كَعْبٍ، أَنَّهُ كَانَ لََهُ جُرْنٌ فِيهِ تمَْرٌفَوَجَدَهُ يَنْقُصُ فَحَرَسَهُ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَإِذَا دَابَّةٌ شِبْهُ الْغُلامِ المْحُتلَِمِ قَالَ فَسَلَّمْتُ فَرَدَ السَّلامَ فَقُلتُ : مَا أَنْتَ أَجِنِّيٌ أَمْ إنِْسِيٌ ؟ قَالَ : لاَ بَلْ جِنِّيٌ قُلْتُ نَاوِلْنِي يَدَكَ قَالَ فَنَاوَلَهُ يَدَهُ فَإِذَا يَد ُكَلْبِ وَشَعْرُه كَلْبِ قَالَ لَهُ أُبَيٌّ أَ هَكَذَا خَلْقُ الْجِنِّ قَال قَدْ عَلِمْتَ الْجِنُّ مَا فِيْهِمْ أَشَدُّ مِنِّى قَالَ: فَمَا جَاءَ بِكَ ؟ قَالَ بَلَغْناَ أَنَّكَ رَجُلٌ تُحِبُّ الصَّدَقَةَ فَأَحْبَبْنَاأَنْ نُصِيْبَ مِنْ طَعَامِكَ قاَلَ فَقَالَ لَهُ :فَمَا يُنْجِيْنَا مِنْكُمْ؟ قَالَ: هَذِهِ الآيَةُ فِي سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ { الله ُلا إله إلا هو الحي القيوم } مَنْ قَالهَاَ حِيْنَ يمُمْسِى أُجِيْرَ مِنَّا حَتىَّ يُصْبِحَ وَمَنْ قَالهَاَ حِيْنَ يُصبِحُ أُجِيْر َمِنَّا حَتىَّ يُمْسِيَ فَلَمَا أَصْبَحَ أَتَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ لَهُ ذَلِكُ فَقَالَ صَدَقَ الْخَبِيثُ

Dari Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu menceritakan bahwa ia mempunyai satu bejana berisi kurma, namun selalu berkurang. Pada suatu malam, ia mencoba menjaganya. Tiba-tiba muncul seekor binatang sebesar anak remaja. Maka, ia memberi salam kepadanya, lalu bintang tersebut menjawab salamnya. Ubay bertanya, “Siapa kamu? Jin atau manusia?”. “Bukan manusia, akan tetapi jin”, jawabnya. Ubay berkata, “Coba perlihatkan tanganmu kepadaku!”. Maka ia memperlihatkan tangannya kepada Ubay, tangannya mirip dengan tangan anjing dan berbulu mirip bulu anjing pula. Ubay berkata lagi, “Seperti inikah bentuk ciptaan jin?”. Ia menjawab, “Sesungguhnya para jin tahu bahwa di tengah-tengah mereka ada yang lebih mengerikan daripada aku”. Ubay bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”. Jin menjawab, “Kami mendengar bahwa kamu orang yang suka bersedekah, kami ke sini karena ingin mendapat bagian dari makananmu”. Ubay bertanya, “Apa yang dapat menjaga kami dari gangguan kalian?”. Ia menjawab, “Ayat yang terdapat dalam surat al-Baqarah (Ayat Kursi). Barang siapa yang membacanya di sore hari, maka ia terjaga dari kami sampai pagi hari. Barang siapa yang membacanya di pagi hari, maka ia terjaga dari kami sampai sore hari”. Keesokan hari, Ubay Radhiyallahu anhu mendatangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan perihal tersebut kepadanya. Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Si keji itu telah berkata jujur”[2].

Hadits di atas memuat beberapa poin yang berhubungan dengan pembahasan kita:

  1. Bahwa jin itu memiliki wujud nyata, bukan gambaran tentang nilai-nilai negatif yang ada dalam diri manusia sebagaimana pandangan orang-orang ahli filsafat dan orang yang mengikuti mereka dari kalangan intelektual. Buktinya, dalam kisah di atas jin memiliki bentuk dan punya kebutuhan biologis.
  2. Bahwa jin itu memiliki kebutuhan biologis seperti manusia, di antaranya kebutuhan untuk makan. Dasarnya, dalam kisah di atas jin mengambil buah kurma milik Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu. Demikian pula hal ini ditunjukkan kejadian yang dialami Abu Hurairah Radhiyallahu anhu sewaktu ditugasi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjaga harta zakat, tiba-tiba ada jin yang mencuri dari harta zakat.
  3. Bahwa jin itu memiliki bentuk dan rupa yang berbeda-beda, ada yang seperti ular, anjing dan binatang lainnya. Buktinya dalam kisah di atas jin muncul dalam rupa yang mirip anjing. Dalam kisah lain, seorang Sahabat yang ingin turut serta berperang bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , lalu ia pulang sejenak sebelum berangkat perang. Ia mendapati sang istri berdiri di pintu dan memberi tahu kepadanya bahwa di kamar ada seekor ular besar. Serta merta Sahabat tersebut langsung membunuhnya, akan tetapi ia dan jin yang menjelma ular itu pun mati di tempat.
  4. Bahwa manusia bisa berbicara dengan jin dan sebaliknya jin dapat mengerti bahasa manusia. Dalam hadits di atas Ubay bercakap-cakap dengan jin. Begitu pula dalam kisah Abu Hurairah Radhiyallahu anhu saat menangkap jin yang mencuri harta zakat.
  5. Agar terhindar dari gangguan jin adalah dengan membaca Ayat Kursi pada pagi dan sore hari. Bukan dengan cara meletakkan tulisan Ayat Kursi dalam dompet atau menggantungkannya di mobil, dinding rumah atau di leher anak-anak kecil sebagaimana perbuatan orang-orang yang tertipu oleh jin.

Dalil-dalil yang menunjukkan tentang keberadaan jin dalam al-Qurân maupun dalam hadits-hadits Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu banyak sekali tidak mungkin untuk kita sebutkan satu persatu dalam tulisan yang singkat ini. Bahkan salah satu surat dalam al-Quran disebut dengan nama Surat al-Jin. Sebagian ulama telah mengumpulkan dalil-dalil tersebut dalam karya ilmiah mereka, seperti Imam Suyuthi rahimahullah dalam kitabnya al-Lu’lu’ Wal Marjin fî Ahkâmil Jânn dan Syaikh ‘Umar Sulaimân al-Asyqar dalam ‘Alam al-Jin wa asy-Syayâthîn dan kitab-kitab ulama yang lain.

CARA MENGATASI KESURUPAN DENGAN MUDAH

Sebelum mengatasi kesurupan apalagi kesurupan yang terjadi secara massal, ada beberapa TIPS KEBERHASILAN yang perlu diperhatikan:

  1. Meyakini bahwa manusia dan jin adalah makhluk yang lemah, kehebatan hanya milik Allah
  2. Meminta pertolongan dan kemudahan hanya kepada Allah.
  3. Tidak takut sedikitpun, takutnya hanya kepada Allah. Karena sesunggunhnya jin itu makhluk yang lemah dan takut kepada manusia yang takut kepada Allah.
  4. Ketika kita mengatasi kesurupan dengan cara yang Syar’i maka Allah pasti akan menolong hambanya baik pada saat mengatasi kerusupan maupun pasca mengatasi kesurupan.
  5. Membacakan ayat-ayat Al Quran dan doa-doa dengan tenang dan tidak takut sedikitpun.

Ada 2 cara untuk mengatasi kesurupan:

  1. Dengan membacakan ayat-ayat Al Quran dan doa-doa pada air, setiap selesai membaca 1 surat / doa kemudian ditiupkan pada air tersebut. Air tersebut dapat digunakan untuk dipercikkan, diusapkan, ataupun digunakan untuk mandi oleh orang yang kesurupan tersebut.
  2. Dengan membacakan langsung ayat-ayat Al Quran dan doa-doa kepada orang yang sedang kesurupan tersebut. Setiap selesai membaca 1 surat / doa kemudian ditiupkan kepada orang yang sedang kesurupan tersebut.

Berikut ini adalah ayat-ayat Al Quran dan doa-doa yang bisa dibacakan kepada orang yang sedang kesurupan:

1. Membacakan Ta’awudz

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

(Artinya: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.”)

2. Membaca Surat Al-Fatihah

3. Membaca Ayat Kursi, Surat Al Baqarah ayat 255

اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

(Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”)

4. Membaca 2 Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah

ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِۦ ۚ وَقَالُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ

(Artinya: “Rasul telah beriman kepada Alquran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.”)

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا ٱكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ ۖ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَآ ۚ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ

(Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.”

Mereka berdoa: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau membebankan kepada orang-orang sebelum kami.”

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaf kami, ampuni kami, dan rahmati kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”)

5.  Membaca Surat Al-Ikhlas

6. Membaca Surat Al-Falaq

7. Membaca Surat An-Nas

8. Melafalkan Doa

أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ ، أَنْ يَشْفِيَكَ

(Artinya: “Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Rabb Pemilik Arsy yang agung, agar Dia menyembuhkanmu” (Doa ini dibaca sebanyak 7x)

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لامَّةٍ

(Artinya: “Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap syaithan, binatang berbisa, dan dari setiap mata yang jahat.”)

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

(Artinya: “Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya.”)

Setelah membaca ayat dan doa di atas, tiupkan kepada orang yang kesurupan. Cara ini dapat dilakukan sebanyak tiga kali atau lebih. Selain membaca surat-surat di atas, juga dapat membaca surat lain dalam Al Quran. Sebab, pada dasarnya semua ayat Al Quran adalah penawar segala penyakit. 

9. Kemudian, dianjurkan untuk membisikkan adzan di telinga orang yang kesurupan karena setan takut mendengar bacaan adzan.